Sabtu, 21 April 2012

Secarik Pesan

Tuhan...
aku patut bersyukur atas kehidupan yang telah Kau berikan padaku
aku patut bahagia, melihat apa yang telah kumiliki
aku juga patut merasa bangga atas kelebihan yang Kau berikan untukku

Tuhan...
ubahlah secarik kertas kehidupanku untuk orang yang aku cintai
buatlah semua terlihat indah di mata mereka
jangan buat orang lain menyesali keberadaanku

Tuhan...
andai saja aku memiliki satu permintaan yang akan Kau kabulkan,
aku hanya ingin kehidupanku menjadi lebih berarti untuk orang lain
aku tidak ingin menjadi benalu dalam kehidupan orang lain
izinkan aku meminta satu padamu, buatlah hidupku menjadi berarti untuk orang yang kucintai

Tuhan...
aku yakin mungkin takdir yang sudah Kau gariskan untukku sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka
aku yakin setiap rencanaMu selalu indah pada akhirnya
aku juga yakin Kau tidak mungkin membiarkan aku menangis karena semua itu

Tuhan...
aku hanya meminta padaMu
untuk membantuku tersenyum dikala aku terluka maupun sedih
hingga aku tidak akan menjadi senja kelam bagi orang yang akucintai

-LC-

Rabu, 07 September 2011

I’m Jashlyn “He's Comes” Part. 3

"Dan aku sudah menemukanmu." 

                                                                      -oOo- 

Ia semakin dekat. Aku bisa merasakan pikirannya di otakku. Ia sudah mengetahui keberadaanku. Aku harap Volturi bisa segera datang dan memberikan perlindungan padaku. Hanya Volturi yang mengerti keadaanku saat ini. Tapi entah kenapa mereka tidak datang menjengukku. Padahal aku tahu mereka pasti sudah mendeteksi keberadaanya. Apa yang harus kulakukan? Apa aku mengatakan hal ini pada keluarga Cullen? Tapi aku tidak bisa. Mereka tidak boleh disangkut pautkan dalam masalahku. Aku tidak mau mereka ikut celaka.
“Jashlyn, siapapun yang mengejarmu, kami pasti akan membantumu.” Aku mendengar suara Edward di belakangku. Aku membalikkan badan dan melihat Edward berdiri di ambang pintu kamarku. Alice berada di sampingnya, menatapku dalam.
“Aku kenapa?” Aku berusaha agar terlihat santai.
“Sayang, kami tahu kalau ada yang sedang mengejarmu.” Alice mendekatiku. Wajahnya menampakkan kekhawatiran. “Edward selalu membaca pikiranmu. Dan Mom melihat ada yang akan mendatangimu. Siapa dia?”
Aku menghela napas panjang. Tidak ada gunanya lagi menutupi semua ini.
“James mengejarku, Mom.” Akhirnya aku mengaku.
“James? Siapa?”
“Dia yang merubahku. Dia memanfaatkan kekuatanku. Tapi akhirnya aku berhasil kabur dan Volturi menawarkan perlindungan.”
Alice menoleh ke arah Edward. Jelas sekali ia tidak mengerti.
“Kenapa dia bisa merubahmu?” tanya Edward seraya berjalan mendekatiku. “Ceritakan secara lengkap, Jash. Di depan keluarga Cullen.”
Aku hanya menaikkan alis dan memberikan ekspresi kecut. Tapi akhirnya aku turun juga. Semua keluarga Cullen nampaknya menantikan ceritaku. Aku menghela napas panjang.
Well, baiklah. Aku akan menceritakannya pada kalian.”
Kugambarkan kejadiannya dengan jelas sementara yang lainnya mendengarkan.
“Aku bertemu dengan James di hutan saat sedang melakukan hiking bersama teman SMA-ku. Saat itu dia berusaha untuk membunuhku. Tapi sebelum dia menghisap darahku, seorang temanku memergokinya dan berteriak keras sehingga mengundang perhatian. James membunuhnya terlebih dahulu. Dan bisa kalian tebak, semua temanku mengira kami mati diserang binatang buas. Tapi mereka tidak menemukanku.” Aku masih ingat betul bagaimana mata James yang hitam pekat menatapku tajam. Apalagi rasa sakit yang luar biasa itu. Aku bergidik membayangkannya. “Racunnya sudah menyebar dan James tidak mungkin membiarkanku sendirian. Itu bisa menimbulkan konflik untuk para vampir. Jadi dia membawaku pergi.”
Aku berhenti sejenak untuk mengatur napasku. “Dia membawaku ke sebuah tempat dimana ada sesosok vampir wanita yang sedang menunggu kami. Namanya Victoria. Mereka mengamati perubahanku. Awalnya Victoria tidak setuju kalau James membawaku. Dia hampir saja membunuhku kalau saja James tidak mencegahnya. Setelah perubahanku, James mengulurkan tangannya untuk mengajakku bersalaman, sebagai tanda penyambutan. Tapi entah kenapa tangannya tiba-tiba saja terasa terbakar saat aku hampir menyentuhnya. Dan barulah mereka menyadari aku memiliki kemampuan yang luar biasa. Akhirnya mereka mengajakku bergabung.”
Rosalie mengerjapkan mata beberapa kali. “Lalu? Kenapa kau kabur?”
Aku tersenyum lemah. “Uhm... dia memanfaatkanku untuk membunuh banyak orang. Aku tidak menyukai hal itu. Suatu ketika aku berhasil kabur walaupun James dan Victoria masih mengejarku. Tapi akhirnya Aro menemukanku dan menawarkan perlindungan. Aku menerima tawarannya karena takut jika James menemukanku dan mencelakaiku. Akhirnya aku bergabung dengan Volturi.”
“Dan kabur setelah tahu kalau Volturi juga memanfaatkanmu,” lanjut Bella. Ia tersenyum. “Kau itu sangat istinewa. Itu sebabnya mereka mengincarmu.”
“Yeah, aku rasa begitu.” Mau tak mau aku mengakuinya juga. “Tapi tidak untuk kalian. Kalian mengubahku menjadi seperti sekarang ini.”
Aku baru menyadarinya kenapa Volturi mengunjungiku setahun sekali. James pasti tahu kalau Volturi memberikan perlindungan. Aku harus berterima kasih kepada Volturi untuk kali ini. Aku tidak tahu mereka juga peduli denganku.
“Karena Jashlyn sudah menjadi bagian dari keluarga ini, maka kita harus membantunya,” kata Carlisle.
Emmett berseru senang. “Wuhu! Pertarungan lagi! Aku menyukai bagian mematahkan tulang-tulang mereka!”
Yang lain tertawa mendengar ucapan Emmett. Tidak untukku. Aku masih merenung. James tidak bisa dikalahkan begitu mudahnya. Ia sangat kuat. Aku tidak yakin apakah Cullen sanggup melawannya.
“Masih ada Volturi,” kata Edward kepadaku. Aku terkejut. Ia pasti mendengar pikiranku.
Aku membalasnya dengan senyuman lebar.
***
“Jadi, ada yang sedang perlu bantuan?”
Jacob datang keesokan harinya. Renesmee yang memintanya. Aku tidak menyukai hal ini. Jadi terkesan kalau aku sangat perlu dilindungi. Aku tidak mau terlalu dikasihani.
“Tidak perlu repot-repot.” Aku melirik ketus ke arah Renesmee.
“Jash, kami hanya kingin membantu.” Renesmee beralih ke Jacob. “Kau mau kan?”
“Tentu saja.”
“Aku tidak yakin Leah mau membantuku,” sautku. Setahuku, Leah Clearwater tidak menyukai vampir. Kudengar Jacob juga demikian. Tapi semenjak Bella menikah dengan Edward, ia memiliki pandangan lain. Apalagi kelahiran Renesmee mengubahnya.
“Tenang saja... aku akan membujuknya kalau dia tidak mau.”
“Dia hanya menuruti omongan pacarnya.” Aku menyeringai sinis.
Alice datang dengan wajah kekhawatiran. Di belakangnya sudah ada Jasper. Ia terlihat tenang. “Aku melihatnya. Dia membuat pasukan baru. Dia mengudang semua vampir-vampir yang ada.”
“Oh ya?” Aku berseru seolah itu adalah ancaman. Yeah, kalau satu James dan satu Victoria melawan tiga klan—Cullen, Volturi, dan kaum werewolf—aku masih bisa tenang. Tapi James mengundang vampir lain. Itu hal yang buruk.
“Kami sudah menghubungi Volturi,” Esme menyahut. Ia datang bersama Carlisle. Lalu disusul Bella dengan Edward, dan Rosalie dengan Emmett. “Mereka siap membantu.”
“Ini luar biasa,” Emmet menyahut. “Aku sudah lama tidak menggunakan energiku untuk bertarung.”
“Kurasa Volturi bisa mengatasi hal ini,” tutur Rosalie. “Kalian tahu sendiri kan, kekuatan mereka sangat besar.”
“Yeah, tapi jangan pernah meremehkan James,” balasku.
Astaga... aku jadi seperti orang yang sangat perlu dikasihani. Kasihan sekali diriku ini. ***
Sekolah adalah tempat yang membuatku sedikit tenang. Meskipun tidak ada yang menarik perhatian. Hanya satu alasan kenapa aku masih ingin masuk sekolah walaupun Alice memintaku untuk tetap di rumah. Alasan yang kuanggap konyol dan idiot sekali. Yaitu Justin.
“Nessie lebih banyak dekat denganmu. Apa yang terjadi?” tanya Justin saat kami sedang berada di kafetaria. Aku menunggu Renesmee yang sedang mengantri di depan konter.
“Memangnya kenapa?” aku balas bertanya seakan-akan pertanyaan Justin benar-benar tolol. Memang benar.
“Tidak. Hanya aneh saja.”
Renesmee kembali dengan dua baki di tangannya. Menu yang tidak pernah kami jamah. Hanya pura-pura menjadi remaja normal—walaupun aku ingin kembali remaja lagi. Renesmee menyapa Justin dengan senyuman manis memuakkannya.
“Hai.”
“Hai, Nessie.”
Well, kau selalu dekat dengan Jashlyn belakangan ini.”
Justin tersenyum. “Yeah. Kami berdua berteman akrab.”
“Tidak terlalu akrab,” aku meralat cepat-cepat. Aku rasa sikapku pada Justin terlalu dingin. Tapi aku harus bisa terlihat biasa saja.
Justin mengangkat kedua alisnya. “Nessie, apakah kau ada janji hari Sabtu depan?”
Aku melirik mereka secara bergantian. Kaget juga dengan pertanyaan Justin. Bisa kutebak ia pasti akan mengajak Nessie untuk kencan. Kulihat ekspresi Nessie. Ia terlihat santai dan biasa saja.
“Tidak. Kenapa?”
“Mau kuajak pergi?”
Aku pura-pura tidak mendengar ucapan mereka berdua. Kulihat Renesmee melirikku sebentar. Kemudian beralih ke Justin.
Well, Jashlyn juga harus ikut.”
“Tidak,” balasku. “Aku harus tetap di rumah. Kata Alice begitu.”
Renesmee pasti tidak percaya dengan ucapanku karena ia tahu aku tidak pernah patuh. Tapi aku tidak mau pergi bersama mereka. Lebih baik aku dikurung di rumah daripada aku melihat mereka mengumbar kemesraan.
“Baiklah.” Renesmee tersenyum hambar. “Kita pergi berdua.”
Aku menyembunyikan senyuman kecut.
***
“Mereka bergerak semakin dekat. Aku bisa mendengar pikiran mereka,” kata Edward saat kami semua berkumpul di ruang santai.
Aku mengerjapkan mata berkali-kali. “Secepat itu?”
“Ya,” balas Alice. “Aku harap Volturi bisa datang secepatnya.
“Mereka sudah datang,” kata Bella. Ia menoleh ke pintu dan melihat rombongan Volturi datang dengan senyuman khas mereka. Entah kenapa aku sedikit takut dan sedikit lega.
“Kami dengar mereka membuat pasukan?” tanya Jane. Ia melirikku tajam. Penuh dengan kekesalan dan kesinisan.
Aku tidak berani menatap matanya. Walaupun aku sudah tinggal bersama keluarga Cullen, Jane masih tidak bisa menerimanya. Tiap ia dan yang lainnya mengunjungiku, ia selalu menatapku marah. Padahal Aro sudah memberikan ijin.
“Ya. Sepertinya dia tahu kalau Jashlyn tidak lagi tinggal di Voltera,” jawab Carlisle.
“Kau selalu saja membuat kekacauan,” kata Jane.
Tiba-tiba kepalaku serasa seperti akan terbakar. Sakit sekali. Aku jatuh dan berteriak kesakitan. Semua keluarga Cullen mendekatiku.
“Hentikan,” seru Alice. “Kau tidak bisa menyalahkannya!”
Rasa sakit ini masih kurasakan. Tidak lagi di kepala, tapi sekujur tubuhku. Aku meronta-ronta berusaha menghilangkan rasa sakit ini.
“Jane.” Alec menyentuh bahu Jane sehingga membuatnya berhenti menyiksaku.
“Aku akan melaporkanmu pada Aro!” seruku. Aku mengatur napasku. Bella dan Esme membantuku berdiri.
“Lakukan saja,” tantang Jane dengan senyuman sinisnya. “Dia ada di sini.”
Aro masuk bersama kelompok Volturi yang lain. Aku tersentak kaget.
“Jane... jangan lakukan itu lagi tanpa perintahku,” tutur Aro seraya menyentuh pundak Jane. Ia maju untuk bisa mendekatiku. “Halo... Jashlyn Hale.” Kemudian ia melirik Bella. “Halo... Isabella.”
Bella membalasnya dengan senyuman simpul. Edward melindungi di depannya.
“Jangan takut. Aku tidak akan menyakitinya. Dia bagian dari kita semua.”
“Sudah, cukup.” Alice bergerak maju. “Kita lupakan semua ini dan kita pikirkan bagaimana cara mengatasi penyerangan mereka nantinya.”
“Tidak usah berpikir,” saut Marcus. “Kami sudah merancang semuanya. Dan kami yakin akan berhasil.”
“Asal... jangan ada yang ikut campur,” lanjut Caius.
Kami tidak mengerti apa yang dimaksud Caius. Tapi aku yakin ini ada hubungannya dengan anggota Shape Shifter.
“Maksudmu para serigala itu?” tanyaku. Aro tersenyum dan menganggukkan kepala.
“Benar... para serigala itu. Lagipula kami tidak akan mau capek-capek kemari kalau tidak ada tujuannya. Kalau mereka mengejar Jashlyn, itu tidak penting lagi bagi Volturi.”
Aku mengerutkan dahi. Berani sekali ia bicara seperti itu seolah ia tidak pernah berutang budi padaku. Aku tersenyum dingin.
“Lalu, kenapa kau mau membantu kami?” tanya Esme.
“Ini adalah penyerangan yang sangat besar,” balas Aro. “Dan tugas kami adalah melindungi keberadaan vampir.”
Aku tidak peduli ia bicara apa dan apa tujuan Volturi sebenarnya. Aku hanya peduli pada keselamatan keluarga Cullen. Mereka sudah terlalu jauh melindungiku. Mereka akan terancam dengan kedatangan James nantinya. Aku harap mereka bisa membereskan semuanya.
Aku bisa merasakan suara James di kepalaku. Aku tidak yakin apakah Edward mendengarnya karena James pandai sekali menyembunyikan pikiran. Dan ia mampu menyalurkan pikirannya pada siapapun yang dikehendakinya.
“Jashlyn... aku terlalu mudah untuk membunuh keluarga yang melindungimu meskipun ada Volturi sekalipun.”
Aku berusaha untuk tetap tenang. Mereka bisa mengacaukan semuanya jika aku mendengar pikiran James. Dan mereka akan mudah terbunuh jika terlalu gegabah—meskipun aku tahu Volturi lebih cerdik. Tapi aku tidak mau James membunuh keluarga Cullen secara sembunyi-sembunyi. Aku tidak bisa berada di dekat keluarga Cullen. Mereka bisa terbunuh.
Tapi, kalau aku pergi, James tidak akan mendatangi keluarga Cullen. Ia pasti mengejarku kemanapun aku pergi. Dan aku harus melakukannya jika tidak ingin keluarga Cullen terbunuh.

To be continued...

*Di sini udah aku masukin Jacob walaupun cuma dikit :P
*Ternyata James yang mengejar Jashlyn. Bukannya James udah dibunuh Edward u,u
Hahahaha, ini kan cuma FF
*Baca kelanjutannya!

Loveyta Chen

Senin, 22 Agustus 2011

I’m Jashlyn “The Secret” Part. 2

JASHLYN'POV

"Aku bukan seperti apa yang kau cari. Tapi aku adalah apa yang kau nanti" -Jashlyn


Ketika aku memasuki rumah, keadaan rumah sudah ramai dengan suara yang memenuhi ruangan. Apa lagi ini? Jangan bilang ulang tahun Renesmee yang sudah 1 bulan lewat, dirayakan lebih meriah. Tapi dugaanku salah saat kutahu tidak ada satupun pernak-pernik pesta menghiasi rumah. Masih tampak seperti biasanya. Rapi dan renggang.
“Jashlyn sudah datang!” seru Alice girang. Ia berlari kecil mendekatiku dan hendak memelukku. Awalnya ia canggung, tetapi akhirnya ia berhasil memelukku tanpa kubalas pelukannya. Aku terlihat seperti orang idiot.
“Memangnya ada apa?” tanyaku dengan nada yang terdengar seperti tidak mau tahu.
“Kau kan satu sekolah dengan Nessie. Masa kau tidak tahu kalau Nessie mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya.”
“Oh, ya aku tahu.” Aku menghindar dari keramaian dan berniat untuk mengerjakan PR-ku. Tapi Bella memanggil namaku sehingga membuatku berhenti di bawah tangga.
“Jashy aku ingin berbicara denganmu,” tukas Bella.
Aku membalikkan badan dan memandangi Bella. Kulihat wajahnya yang penuh harap.
“Tentu.”
Bella menoleh ke yang lainnya dan melangkahkan kaki meninggalkan ruang santai. Aku mengikutinya di belakang dengan penuh tanya. Apa yang ingin dibicarakan Bella? Aku jadi penasaran.
Bella berhenti dan duduk di kursi taman belakang. Aku pun duduk di sampingnya. Jujur saja, aku lebih suka jika berdekatan dengan Bella daripada dengan Alice. Ia seolah mengerti apa yang sedang kurasakan.
“Ini adalah pertama kalinya kau mengajakku bicara berdua,” kataku dingin. Bella mengangguk setuju. Ia menatapku dalam.
“Aku hanya tidak ingin membuatmu kikuk jika berada di dekatku, Jash. Kau harus bisa terbuka dengan keluarga ini.”
Aku mengerjapkan mata beberapa kali dan memilih untuk memandangi telapak tanganku yang kupangku. Aku tidak bisa menatap mata Bella yang seperti mata malaikat. Renesmee sangat beruntung memiliki Bella.
“Jash,” Bella lebih mendekat. “Kau sudah menjadi bagian dari kami. Tidak ada yang menyalahkanmu akan sesuatu yang sudah kau lakukan.”
“Bella,” akhirnya aku membalas tatapannya. “Aku membunuh lebih dari 10 orang.”
“Aku juga.”
Aku menaikkan sebelah alisku. Setahuku Bella tidak pernah membunuh manusia.
“Kau pernah?”
“Ya, aku serasa sudah membunuh Charlie dan Renee saat mereka tahu aku berubah seperti ini.”
Aku tertawa. Baru kali ini aku bisa tertawa. Tawa yang lepas dan tidak ada beban di dalamnya.
“Hei, aku suka melihat tawamu itu. Jashlyn, kalau saja kau selalu tersenyum dan tertawa, kau akan terlihat lebih cantik.” Bella mengulaskan senyuman. “Aku ingin melihat Jashlyn yang baru. Bukan Jashlyn Volturi. Tapi Jashlyn Cullen-Hale.”
Mau tak mau aku tersenyum juga. Andai saja Alice bisa bersikap seperti Bella. Tidak canggung dan lebih santai terhadapku. Rasanya aku ingin memeluk Bella. Tiap melihatnya, aku selalu teringat dengan ibuku.
“Keberatan jika aku memelukmu?” tanya Bella seakan-akan bisa membaca pikiranku. Aku tidak akan menolak. Bagaimanapun juga Bella tidak akan mati jika kusentuh.
“Tentu.”
Bella tersenyum dan memelukku. Dengan rasa canggung aku membalas pelukannya. Kupastikan ia baik-baik saja. Dan ya, ia memang baik-baik saja. Bahkan ia mengeratkan pelukannya. Bella adalah vampir pertama kali yang memelukku. Dan bisa kurasakan bagaimana rasanya. Setidaknya aku bisa merasakan apa yang dirasakan Renesmee. Meskipun hanya satu.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya kenapa aku jadi lebih tersenyum pasca perbincanganku dengan Bella. Apalagi kedekatanku dengan Bella yang seperti sahabat dekat. Tapi mereka lebih suka melihatku seperti ini daripada yang sebelumnya. Meskipun begitu, aku tidak bisa merubah sikap dinginku terhadap Renesmee. Ia selalu berusahan membaur denganku dengan wajah berharap, namun aku selalu menghindar.
Sama seperti saat di sekolah. Aku tidak banyak bicara dengannya. Meskipun aku berusaha untuk berubah, aku tidak akan mau bergabung dengan teman manusiaku. Aku masih sering tertutup dan menyendiri. Kemajuanku hanyalah mengajak ngobrol temanku yang lain. Dan tentu saja itu adalah hal yang aneh bagi mereka.
“Hai, Jashlyn,” sapa Justin saat aku duduk sendirian di kafetaria. Aku mengalihkan pandanganku dari buku yang kubaca. Kupandang Justin yang berdiri di depanku.
“Hai,” balasku seperti biasa. Walaupun rasa aneh itu menghampiri lagi. Untung saja aku bisa mengontrolnya.
Tanpa kusuruh duduk, Justin sudah menempati kursi di depanku. “Aku dengar kau sekarang suka mengobrol dengan yang lain.”
“Memangnya kenapa?”
“Hal yang janggal. Aku tidak pernah melihatmu bicara dengan yang lain.” Justin memajukan kursinya ke depan. “Well, aku ingin lebih mengenalmu, Jash.”
“Untuk apa?” nadaku naik satu oktaf. Aku jadi mirip seperti Alice kalau begini.
“Bukannya aku bermaksud apa-apa. Aku ingin menjadi temanmu.”
Rasanya seperti ada yang menyetrumku saat ia mengatakan ‘teman’. Teman? Perasaan kecewa menghinggapiku tiba-tiba. “Itu adalah ucapan terbodoh yang pernah kudengar, Justin.”
“Oh ya?” Justin menaikkan kedua alisnya. “Kalau begitu kau orang yang paling bodoh.”
“Aku?” nada suaraku naik satu oktaf lagi. “Aku bukan orang yang bodoh.” Tapi vampir yang bodoh.
“Kau bodoh. Kau membiarkan dirimu dikasihani banyak orang karena kau tidak pernah memiliki teman.”
Aku mencerna ucapan Justin. Dan mengalihkan pandanganku saat mata hazelnya tertuju padaku. Aku tidak tahu apa ada orang yang mengasihaniku. Jujur saja aku paling benci dikasihani.
“Justin.” Aku kembali memandangnya setelah cukup menenangkan hatiku yang terasa tidak karuan. “Suatu saat nanti kau akan mengerti kenapa aku memilih untuk tidak berteman dengan siapapun.”
“Aku harap tidak untuk selamanya.”
Aku menghela napas pendek dan mengemasi barangku. Setelah itu kutinggalkan Justin yang masih memberikan tatapan tanya bercampur keheranan. Aku tidak menyukai obrolan seperti ini. Aku tidak bisa membohongi banyak orang lagi. Mereka tidak tahu siapa sebenarnya aku. Dan juga ceritaku yang menjadi misteri.
Tapi jujur. Aku merindukan masa laluku. Yang kudengar, hanya ada satu orang terdekatku yang masih hidup. Tapi aku tidak tahu dimana ia berada. Kuharap ia tidak akan terkejut jika melihatku datang dalam bentuk gadis berumur 17 tahun sedangkan ia sudah berumur 50 tahun lebih. Namanya terngiang di telingaku secara tiba-tiba. Jasmine. Jasmine. Jasmine.
“Hai, keponakanku yang kini lebih sering tersenyum!” Emmett melompat dari sofa dan menghampiriku saat aku memasuki rumah.
“Hai,” sapaku kikuk. “Kenapa?”
“Tadi sewaktu Alice membersihkan kamarmu, dia menemukan sesuatu.”
“Sesuatu?” Aku memberikan tatapan tanya kepada Emmett.
“Ya. Coba saja kau cek. Tadi dia mencarimu. Aku bilang saja kau belum pulang.”
Secepatnya aku berlari menuju kamarku. Aku takut kalau-kalau Alice menemukan benda yang sangat kujaga. Dan aku tidak mau jika ada orang yang menemukan benda itu.
Terlambat. Alice sudah menemukan benda yang seharusnya tidak boleh ditemukan oleh siapapun. Benda tersebut tergeletak di atas meja kecil. Aku meraihnya dan tiba-tiba saja tanganku bergetar. Aku berharap kalau Alice tidak sempat membaca buku harian lusuhku ini. Aku tidak mau ada yang tahu masa laluku seperti apa.
“Aku mendengar pikiranmu,” kudengar sebuah suara di belakangku. Aku membalikkan badan dan melihat Edward berada di dekatku. Aku tidak bisa membalasnya langsung. Aku hanya terdiam.
“Aku bisa membantumu mencarikan Jasmine. Itupun kalau kau mau,” lanjutnya.
“Aku ingin mendengar suaranya. Itu saja sudah cukup.”
“Seharusnya kau tidak perlu menutupi semua itu, Jash. Kami adalah keluargamu sekarang.”
Aku tidak menjawab lagi. “Aku butuh ketenangan.”
“Akan kukabulkan.” Edward tidak membalas lebih. Ia melenggang pergi dari kamarku. Kututup pintu kamarku menggunakan pikiranku. Agak pelan. Tidak seperti biasanya saat aku sedang sedih ataupun marah.
Aku tertunduk lesu. Kuhampiri ranjangku dan mendudukinya. Tanganku bergetar saat kupandangi lagi buku bersampul coklat yang kini berada di genggamanku. Rasanya aneh. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku menjamah buku tersebut.
Entah bagaimana bisa semua anggota keluarga Cullen mengetahui semua rahasia masa laluku. Aku menebak ini semua pasti ulah Edward. Atau kalau tidak Alice yang menceritakannya setelah membaca buku harianku. Mungkin saja.
“Jashlyn, kalau kau masih bersikap kurang terbuka pada kami, bagaimana kami bisa membantumu?” tanya Carlisle dengan nada bijaknya. Aku serasa seperti dipaku di tembok ketika seluruh mata tertuju kepadaku di ruang pertemuan.
“Aku tidak ingin melibatkan kalian dalam masalahku.”
“Kau bisa mengatakannya pada kami,” ujar Jasper.
Aku menaikkan sebelah alisku. “Well, mungkin tidak saat ini. Kalian harus bisa mengerti keadaanku.”
Ada alasan mengapa aku tidak mau mengatakan segalanya pada mereka menyangkut masa laluku. Dan keadaanku yang akan terancam jika aku banyak bicara mengenahi hal tersebut.
Edward menatapku dengan tatapan anehnya.
“Jangan pernah berusaha membaca pikiranku,” sautku cepat dengan nada ketus. Aku harus pintar-pintar mengalihkan pikiranku. Seperti yang diajarkan oleh Jane kepadaku. Tapi hal itu jarang berhasil kulakukan.
“Aku tidak,” elak Edward.
“Kau bisa menceritakannya pada kami. Sedikit saja sudah berarti,” lanjut Esme.
“Kalau aku bilang tidak, ya tidak! Jangan pernah memaksaku!”
Alice mengerutkan keningnya. “Sepertinya Jashlyn tidak ingin mengatakannya saat ini.” Ia menganggukkan kepala ke arah Carlisle dan Esme.
“Baiklah, kau boleh pergi.” tutur Carlisle.
Aku menarik napas panjang dan berdiri. Kulangkahkan kakiku menghindari meja oval tersebut sampai akhirnya aku berhenti saat Bella memanggil namaku.
“Jashlyn.”
Aku menoleh ke arahnya. “Ada apa? “
“Ini untukmu.” Bella berdiri dan menyodorkan secarik kertas untukku. Aku menerimanya dengan rasa penasaran. Dan setelah itu kulanjutkan lagi langkahku menuju ke atas. Kudengar bisikan-bisikan dari arah meja oval saat aku sudah sampai di bawah tangga.
Di dalam kamar, aku mulai membuka secarik kertas yang diberikan oleh Bella tadi. Betapa terkejutnya aku saat melihat barisan nomor telepon yang tertera di kertas tersebut. Dan terdapat nama Jasmine Helgar di atasnya.
Dengan diliputi rasa penasaran aku mencoba menghubungi nomor tersebut. Saat deringan ke-3, kudengar sebuah suara menyahut dari dalam.
Halo kediaman keluarga Helgar.”
Meskipun aku sudah tidak pernah bertemu dengan Jasmine, aku masih bisa mengenali suara merdunya. Itu adalah Jasmine.
Nadaku terdengar bergetar. “Aku sedang mencari Jasmine O’Sullivan.”
Aku sendiri.”
Benar! Ia adalah Jasmine!
“Apa kau mengenal Jashlyn Brown?”
Ya, dia sahabatku.” Kudengar suara Jasmine berubah seperti ingin menangis. “Aku mendengar kabarnya kalau dia sudah meninggal saat diserang binatang buas di hutan. Dan sampai saat ini aku tidak tahu dimana dia berada. Aku harap dia masih hidup. Oh, maaf. Ngomong-ngomong, siapa kau?”
Oh Tuhan... tidak seharusnya aku menghilang tanpa memberikan kabar kepada orang yang kusayangi. Apalagi Jasmine, sahabat karibku. Aku benar-benar merindukannya dan berharap bisa bertemu dengannya. Namun entah kenapa aku mengurungkan niatku saat mengingat siapa yang sedang mengejarku saat ini. Dan bisa kurasakan ia semakin dekat denganku. Ia lebih kuat dari Volturi. Aku bahkan tidak bisa menyimpan pikiranku darinya. Segera kututup teleponnya. Aku benar-benar bingung. Siapapun, tolonglah aku!


To be continued...


*Penasaran kan sama kelanjutan ceritanya?
*Ada apa sih dengan masa lalu Jashlyn? Siapa yang mengejarnya?
*Tetap aja baca cerita aneh ini sampai selesai. Yah itung-itung ngusir kebosanan
Hahahahahahaha


Loveyta Chen

Minggu, 21 Agustus 2011

Hey! There are Wizards in Forks! (English Version) -Twilight vs Harry Potter-

RENESMEE’POV
At first Renesmee didn’t care about the new students who came from England. But she felt there was some weirdos happened between them. Renesmee want to knew it. What was the secret those hidden by them.”

-oOo-
I was sure there was something wrong with my new friends. They often did awkward things during the class was begun. Not only those, so many weird events those happened and they always been there looks liked they wrapped with those weird events. I ever knew Albus Potter shown a wand and on the top there was a bright light ran off. At the first, I thought he brought a flashlight. But I was wrong when I looked him nearly.
Even I ever found out Rose Weasley said something those made a thing flew near of her. I was sure Potter and Weasley family aren’t liked a simple people. Liked me. Might be they are another species.
Hi, Renesmee Cullen,” Rose said, speard my speculation. “Can I borrow your English book? I had no yet to write the last lesson today.”
I stuttered to answered her. But lastly I took out my English book of my bag. And then I gave it to her. “It is.”
Thanks,” Rose smiled and left my seat. She joined with Potter brothers. They always be together. I rarely find them walk alone.
When school had finish, I heard conversation in the Music class. With want to know felt, I precipitated the mysterious conversation. I saw there were 3 peoples there. James Potter, Albus Potter, and Rose Weasley.
I’m sure that Profesor MacGonagall’s clue is correct. Here the place,” James said.
In this map, there is a room which always be protected by witchcraft powers,” Rose continued. She appointed the map which on her hand. “There is sign in here. This shown where the place of the wand. Definitely, this is the hiding-place.”
May be,” Albus said.
We gotta checking out there now.” Rose rolled those old parchment and put it into her backpack which on her back. “I hope there are no muggles seen us.”
James flicked his fingers. “We can go out with no one knows. Dad gave me his unvisible robe. We can to slink in.”
Nope. I feel school inside to the quiet situation.”
There is someone spy on!” Albus yelled. I stuttered and immediately avoided of those place.
Petrificus Totalus!” Rose’s voice shrilled.
I don’t know why my body was rigid and couldn’t movement unexpected. I was like sculpture in this place. Potter brothers and Rose approached me. They viewed each other. I couldn’t say anything exept silent.
Rose, you’re already use witchcrafts for million times out of Hogwarts,” James said.
Rose answered with eyebrows getting up. “It is for Hogwarts’s importance.” Rose moved to looked me. I saw pityful on her face when she looked me. “Don’t worry. For a moment you will come back like a fist time.”
We can ask her to help us,” Albus said. Rose moved her head in other side liked gave question looks ‘what did you mean?’ “Yes. We can ask her to bring us in our destination room. She is an old student in here, is she? She definitely know about this school more than us.”
Oh, I get it.” Rose smiled to me, sweetly. “I’m sorry I have already involved you, Renesmee.”
If I could speak right now, I would bullying them. What did they mean make me like this? I was suspicious, they certainly aren’t simple peoples. They were definitely wizard groups. I thought wizard just has been within fairy tales. Hah! If they knew those I’m vampire generation, what was their reaction?
My body back to be normal after how so long I was being rigid for several minutes. I was fortunately could movement my body again. I felt so sick and painful. Might be an effect of the rigid. Nah! It’s time to bullying 3 crazy wizards in front of me.
Ah! You come back! Haha. I’m so happy,” Rose said. Her intonation sounds happily.
Who guys are you?! What would you do in here?” I asked with louds intonation.
We’re sorry before,” James replied. “We came here with kind intention. We won’t to annoying. We just need a thing that we need.”
Rose and Albus nodded together.
What is it?”
Ehm... so hardly to explicity to the muggle like you,” Albus answered.
Come on! Just say it. May be I can help you.”
They viewed each other. I hope they would open to me. I just would to know it too much. Would to know what was their species. Might be I had true asumption. They were definitely wizard groups who have destinations why to come here.
We looking for a place which near of girl’s dressing room,” Albus continued.
There is a room. Warehouse.”
Okay, we gotta there!” Rose yelled happily and pulled my hand went to the place those I mentioned. James and Albus followed behind us. I didn’t know should I join with their craziness. But it was seems so passionate if I joined them.
We had arived in the warehouse which near of girl’s dressing room. The door had blocked and I didn’t know where was the key. But Albus went forward several steps and muttered a word.
Alohomora,” he muttered.
I didn’t know what was those purpose. As I know right now, those word could open those blocked door. I even didn’t wink on a second.
Come on!” Rose preceded her friends. She started to entered the warehouse and spent a wand. “So dark. Nox.”
Bright light ran off on the top of her wand. Made me more shocked. James and Albus followed Rose with composed light on the top of their wand. I was adjacent Rose, afraid if there was unexpected thing in here.
Accio Vodgar!” Rose yelled half whispered.
Vodgar wand won’t to come with that charm, Rose Weasley.”
Yes I know. I just trying, James!”
They stopped. And had one’s back to each other, to form a circle. I was following what they did. Definitely there was a weird thing which hampered us. I could feel it.
I can’t believe it this place has already protected by witchcraft,” Albus said. “May be it will be protected Vodgar wand.”
James and Rose agree with Albus’s statement. They getting ready to attack if there was something gonna attack them. Whereas I just took shelter behind them because I don’t have witchcraft ability like them.
Stupefy!” Rose yelled when some bats flew and attack us. “This is black witchcraft!”
They dispersed for protected them selves and give paid back. Whereas I tried to caught the bats with my vampire usual abilities that I have. Fortunetly I have the bestest usual abilities than other vampires. I didn’t has difficulty.
Renesmee, in your backside!” James yelled.
I turned my head and a big bat would to crush me.
Confringo!” Albus spent his wand fastly and made those bat be burned. I breathe relieved.
Those bats already die. We assembled again and arranged our breathe. Rose viewed around her. Hope they wouldn’t have attacks again to hampered us.
Wow, you’re so strong,” Albus praised and watched me.
Thanks,” I replied with big smile.
It’s better if we disperse to get the wand,” James said. And others nodded and started to disperse.
Wait!” I yelled unexpected, made they stopped. “I didn’t know what thing that you need to find.”
Join with Albus,” Rose replied.
Me?” Albus repeated.
Don’t throw the time. Let’s go.” James started to left us. Whereas Rose chuckled before she started to research. And then she walked out left us.
Me and Albus in the quiet situation when we looked for those wand. I hate this situation. We search those wand between cupboards which near of the door.
This warehous is so wide,” Albus said.
Definitely,” I replied short. My eyes directed to something on the cupboard. I walked out to the cupboard and knew what I found. “Ehm... Albus, what like Vodgar wand?”
Albus stare at me. “Like mine. But that wand is white and taken in the white long box.”
Is it like that?” I appointed where there was a white long box on the cupboard in front of me.
Albus look at those box with bigger eyes and then stood beside me. “Yeah! That’s it!” He tried to closed the box and then tried to reach the box, although useless.
I will try.”
I went forward and push the cupboard in front of me powerful. Those cupboard collaps and I took the box which fell near of me. I came back and I gave it to Albus. Albus accepted that box. He still didn’t believe with his sight.
How did... you do?” he asked still shocked.
Oh God!” Rose yelled unexpected, came with James. She watched my confusion.
Who did make this?” James stared at her brother who was still shocked. Albus appointed me. “Renesmee?”
Yes, I did,” I replied so proud. “It’s better if we can go out from this place before someone catch us. Tell it later.”
Rose winked for several times. “Well, we can’t leave this place with this situation.” Rose spent her wand again and started to swung her wand. Magicaly, this place which looked so disorder just because little battle, came back to be oderly.
I love magic,” I whispered astonished.
Let’s we go,” Rose said after she has finished her job.
Fastly we went out from the warehouse. Fortunately, no one catches us. We walked out of school and sat down in the school garden. Rose and Potter brothers looked those wand which they got.
We finished our job!” Rose yelled happily and made aplouses.
Now, tell me, who are you? I will tell you who am i. But don’t tell everyone,” I said.
You too,” James replied.
I nodded.
We’re wizards and witch who come from Hogwarts,” James started. “Hogwarts is wizardry and witchcraft school in London, England. We have a job from pur head master to found out Elder wand’s brother. Elder wand is stronger wand lenght of history, it’s the late of our head master’s wand before he died.”
But, why should you find out the wand in here?” I asked unsatisfied. “Where are you get information that said the wand is here?”
Of curse from our head master, Profesor MacGonagall,” Albus replied. “We just have job for found out the wand. I heard, a witcht who was muggle born left the wand here when the war between great wizards and Voldemort, begun. She hiden it in the far place.”
So many things I have no yet to understanding. Like what is muggle, how are they spell the charms, etc. I would to ask anymore. But Rose interrupted me.
Now, tell us. Who are you?”
I’m half human-vampire.” I chuckled after saw their reaction. “In here, live of some vampires. I was born by a vampire and a human. I’m hybrid.”
I don’t believe it,” Albus said.
Well, at first I didn’t trust wizards. Now, I trust it. And you should gonna trust me.”
Rose and potter brothers viewed each other.
World is gonna be crazy,” Albus said to Rose and James.
Okay, we finished our job. Rose...” James stared Rose meanful. I didn’t know what was it mean.
Rose spent her wand and swung it in front of me.
What would you do?” I asked.
Obliviate,” Rose said when she swung her wand.
Suddenly I felt dizzy and my mind had gone. I couldn’t ignore when an energy cames to me. I felt so weird. I didn’t remember what was going on with me, liked those part was deleted by something. But I still could hear indistinct.
I had already delete her mind in those part.”
Good job, Rose. We should going out. Aparate.”
I got my aware. I was in the garden but I don’t know what was happen to me. I felt so weird. And I was confused.
In the next morning, awkward event has come. Potter brothers and Rose Weasley didn’t came to school. My friends said that they came back to England to school and stayed there. I was confused. They still had school 1 weeks in Forks. But they already went to home. Hm... whereas I like Albus, but I don’t know why. But I felt ther was weirdos happened. I felt like lost half of my mind. Ah, might be just my feeling.

FIN

*I’m sorry if I have bad grammar ^_^
*This is my 1st fanfic use english. LOL

Loveyta Chen

Hey! Ada Penyihir di Forks! (Indonesian Version) -Twilight vs Harry Potter-


RENESMEE’POV
Awalnya Renesmee tidak terlalu memedulikan kedatangan murid baru yang datang dari Inggris itu. Tetapi ia merasakan keanehan yang terjadi di antara mereka bertiga. Renesmee jadi penasaran. Apa yang disembunyikan oleh ketiga teman barunya itu.”

-oOo-

Aku yakin kalau ada yang salah dengan teman-teman baruku ini. Mereka sering melakukan hal-hal yang janggal di saat pelajaran berlangsung. Tidak hanya itu, banyak sekali kejadian-kejadian aneh yang terjadi dan selalu ada mereka seolah mereka terlibat akan hal aneh tersebut. Pernah aku memergoki Albus Potter mengeluarkan sebuah tongkat dan di ujungnya mengeluarkan cahaya terang. Awalnya aku kira ia membawa senter. Tetapi dugaanku salah saat aku melihatnya lebih jelas.
Bahkan pernah aku memergoki Rose Weasley sedang mengucapkan sesuatu yang membuat sebuah benda melayang-layang di dekatnya. Aku yakin keluarga Potter dan Weasley ini bukan sembarang orang. Seperti aku contohnya. Mereka pasti spesias lain.
Hai, Renesmee Cullen,” sapa Rose lembut membuyarkan lamunanku. “Bolehkah aku meminjam buku bahasa Inggrismu? Aku belum mencatat pelajaran terakhir hari ini.”
Aku kelagapan menjawabnya. Namun akhirnya kukeluarkan juga buku bahasa Inggris dari dalam tasku. Lalu kuserahkan buku terebut kepada Rose. “Ini.”
Trims.” Rose tersenyum dan meninggalkan bangkuku. Ia bergabung dengan Potter bersaudara. Mereka bertiga selalu bersama-sama. Jarang aku menemukan mereka berjalan sendirian.
Sepulang sekolah aku mendengar sebuah percakapan di dalam kelas musik. Dengan rasa penasaran aku pun mengendap-endap untuk menguping pembicaraan yang misterius itu. Kulihat ada 3 orang di dalam ruangan itu. James Potter, Albus Potter, dan Rose Weasley.
Aku yakin kalau petunjuk dari Profesor MacGonagall benar. Di sini tempatnya,” kata James.
Menurut peta ini, ada sebuah ruang yang selalu dilindungi oleh kekuatan sihir,” lanjut Rose. Ia menunjuk peta yang dipegangnya. “Ada tanda di sini. Ini menunjukkan letak tongkat tersebut. Pasti di sini letak persembunyiannya.”
Mungkin,” timpal Albus.
Kita bisa mengeceknya ke sana sekarang.” Rose menggulung perkamen kusam tersebut dan memasukkannya ke dalam tas ransel yang disangganya. “Mudah-mudahan para muggle tidak melihat kita.”
James menjentikkan jari. “Kita bisa pergi dengan tidak ketahuan. Dad memberikanku jubah tak terlihatnya. Kita bisa menyelinap.”
Tidak usah. Sepertinya sekolah dalam keadaan sepi.”
Ada yang mengintip!” seru Albus. Aku kalagapan dan segera menghindar dari tempat itu.
Petrificus Totalus!” suara Rose melengking tinggi.
Entah kenapa tiba-tiba tubuhku serasa kaku dan tidak bisa digerakkan. Aku mematung di tempat. Potter bersaudara dan Rose mendekatiku. Mereka saling berpandangan. Aku tidak bisa mengucapkan satu katapun. Yang kulakukan hanya diam mematung.
Rose, kau sudah puluhan kali menggunakan sihir di luar Hogwarts,” tutur James.
Rose membalasnya dengan alis terangkat. “Setidaknya ini demi kepentingan Hogwarts.” Rose beralih menatapku. Terlihatlah raut wajah iba saat ia menatapku. “Tenang saja. Sebentar lagi kau akan kembali seperti semula.”
Kita bisa meminta bantuannya,” kata Albus. Rose menelengkan kepalanya ke satu sisi seperti memberikan pertanyaan ‘apa maksudmu?’. “Ya kita minta dia mengantarkan kita ke ruang yang kita tuju. Dia adalah murid lama di sini kan? Dia pasti mengenal sekolah ini lebih dari kita.”
Oh, I get it.” Rose tersenyum ke arahku manis. “Maafkan aku sudah melibatkanmu, Renesmee.”
Kalau saja aku bisa bicara, akan kumaki-maki mereka bertiga. Apa maksudnya membuatku jadi seperti ini? Aku jadi curiga, mereka pasti bukan manusia sembarangan. Mereka pasti kumpulan penyihir. Aku kira penyihir hanya ada di dalam dongeng-dongeng. Hah! Kalau saja mereka tahu kalau aku adalah keturunan vampir, apa reaksi mereka?
Tubuhku kembali normal setelah beberapa lamanya. Aku bersyukur bisa menggerakkan tubuhku lagi. Rasanya sakit dan pegal. Mungkin efek dari kekakukan tadi. Nah! Inilah saatnya untuk mengomel 3 penyihir gila di depanku ini.
Ah! Kau kembali. Haha. Senang rasanya,” ujar Rose. Nadanya terdengar sangat senang.
Siapa kalian ini?! Apa yang kalian lakukan di sini?” tanyaku dengan nada yang tinggi.
Sebelumnya kami minta maaf,” balas James. “Kami kemari dengan maksud yang baik. Kami tidak ingin mengganggu. Kami hanya membutuhkan sesuatu yang kami perlukan.”
Rose dan Albus mengangguk bebarengan.
Apa?”
Ehm, sulit dijelaskan untuk muggle sepertimu,” jawab Albus.
Ayolah katakan saja. Barangkali aku bisa membantu kalian.”
Mereka bertiga saling berpandangan satu sama lain. Kuharap mereka mau terbuka denganku. Aku terlanjur penasaran sih. Aku ingin tahu sejenis apa mereka ini. Mungkin benar dugaanku. Mereka pasti kumpulan penyihir yang memiliki tujuan datang kemari.
Kami sedang mencari sebuah tempat yang dekat dengan ruang ganti anak perempuan,” lanjut Albus.
Ada satu ruangan. Gudang.”
Kalau begitu ayo kita ke sana!” Rose berseru girang dan menggandeng tanganku menuju ke tempat yang kusebutkun. James dan Albus mengikuti di belakang. Aku tidak tahu apa aku harus ikut dengan kegilaan mereka. Tetapi kelihatannya sangat seru kalau aku bergabung dengan mereka.
Kami sampai di gudang dekat ruang ganti anak perempuan. Pintunya dikunci dan aku tidak tahu dimana kuncinya. Tetapi Albus maju beberapa langkah dan menggumamkan sebuah kata.
Alohomora,” gumamnya.
Aku tidak tahu apa maksudnya itu. Yang kutahu saat ini, kata tersebut dapat membuka pintu yang terkunci itu. Aku bahkan tidak berkedip sedetikpun.
Ayo masuk!” Rose mendahului kedua kawannya. Ia mulai memasuki gudang dan mengeluarkan sebuah tongkat. “Gelap sekali. Nox.”
Cahaya terang keluar dari ujung tongkatnya. Membuatku lebih terkejut lagi. James dan Albus mengikuti Rose dengan menciptakan cahaya dari ujung tongkat mereka masing-masing. Aku berdempetan dengan Rose, takut kalau saja ada sesuatu yang tidak terduga di dalam sini.
Accio Vodgar!” seru Rose setengah berbisik.
Tongkat Vodgar tidak akan datang dengan mantera itu, Rose Weasley.”
Ya aku tahu. Aku hanya mencoba, James!”
Mereka berhenti. Dan saling membelakangi, membentuk lingkaran. Aku mengikuti apa yang mereka lakukan. Pasti ada hal yang aneh yang akan menghalangi kami. Aku bisa merasakan itu.
Aku tidak percaya tempat ini sudah dilindungi sihir,” ujar Albus. “Mungkin untuk melindungi tongkat Vodgar itu.”
James dan Rose sependapat dengan Albus. Mereka bersiap-siap melakukan penyerangan jika ada serangan mendadak. Sedangkan aku hanya berlindung di balik mereka bertiga karena aku tidak memiliki kemamuan sihir seperti mereka.
Stupefy!” seru Rose saat beberapa kelelawar terbang dan mulai menyerang kami. “Ini sihir hitam!”
Mereka berpencar untuk melindungi diri dan melakukan penyerang balik. Sedangkan aku berusaha menangkap kelelawar-kelelawar itu dengan kemampuan dasar vampir yang kumiliki. Untung saja aku dianugerahi kemampuan dasar yang melebihi vampir biasa. Aku tidak mengalami kesulitan yang sangat.
Renesmee, belakangmu!” seru James.
Aku menoleh ke belakang dan seekor kelelawar besar hendak menghantamku.
Confringo!” Albus mengayunkan tongkatnya secepat mungkin dan membuat kelelawar tersebut terbakar. Aku menghela napas lega.
Kelelawar-kelelawar itu sudah teratasi. Kami berkumpul kembali dan mengatur napas yang memburu. Rose mengedarkan pandangan di sekitarnya. Berharap tidak ada lagi serangan mendadak yang akan menghambat mereka menemukan apa yang mereka cari.
Wow, kau sangat tangguh juga,” puji Albus menatapku.
Trims,” balasku dengan cengiran lebar.
Sebaiknya kita berpencar untuk mendapatkan tongkat itu,” usul James. Yang lain mengangguk setuju dan mulai memencar.
Tunggu!” seruku tiba-tiba, membuat mereka bertiga berhenti. “Aku tidak tahu seperti apa benda yang kalian cari.”
Ikutlah dengan Albus,” balas Rose.
Aku?” ulang Albus.
Jangan buang-bunag waktu. Cepat bergegas.” James mulai meninggalkan kami. Sedangkan Rose tertawa kecil dulu sebelum memulai pencarian. Setelah itu ia berlalu pergi.
Aku dan Albus dalam keadaan hening saat kami berdua mencari tongkat itu. Aku paling tidak suka dengan keadaan seperti ini. Kami mencari benda tersebut di antara rak-rak yang diletakkan dekat dengan pintu.
Gudang ini luas sekali,” celoteh Albus.
Memang,” balasku singkat. Mataku terpaku pada sesuatu yang ada di atas rak. Aku lebih mendekatinya dan sadar dengan apa yang kutemukan. “Ehm... Albus, seperti apakah tongkat Vodgar itu?”
Albus menoleh ke arahku. “Seperti punyaku, bedanya warnanya putih dan diletakkan di dalam sebuah kotak panjang berwarna putih.”
Apa seperti itu?” Aku menunjuk ke arah dimana tersembul ujung sebuah kotak kayu berwarna putih di atas rak di depanku.
Albus membulatkan matanya dan mendekatiku. “Yeah! itu dia!” Ia lebih mendekat dan berusaha untuk meraih tongkat itu. Namun sepertinya usahanya sia-sia saja. “Aduh! Susah sekali!” Ia kembali untuk mencoba meraihnya, namun sia-sia saja.
Biar aku saja.”
Aku maju dan mendorong rak di depanku itu dengan sekuat tenaga. Rak tersebut berhasil roboh dan kuambil kotak putih yang kini terjatuh di dekatku. Aku kembali ke tempat Albus berdiri. Kuserahkan kotak itu kepadanya. Albus menerima kotak tersebut. Ia mengangakan mulut lebar dan masih tidak percaya dengan apa yang kulakukan tadi.
Bagaimana kau bisa... melakukan itu?” tanyanya masih terkesiap.
Astaga!” pekik Rose yang tiba-tiba datang bersama James. Ia memandangi kekacauan yang kubuat tadi.
Siapa yang melakukan itu?” James melirik adiknya yang masih terkesiap. Albus menunjukku. “Renesmee?”
Ya aku,” balasku bangga. “Sebaiknya kita secepatnya pergi dari sini sebelum ada yang memergoki kita. Nanti saja ceritanya.”
Rose mengerjapkan mata. “Well, kita tidak akan meninggalkan tempat ini dalam keadaan seperti ini.” Rose kembali mengeluarkan tongkatnya dan mulai mengayunkannya. Ajaib sekali keadaan yang porak poranda akibat kekacauan yang kubuat dan juga akibat dari pertarungan tadi, kembali rapi seperti semula.
I love magic,” bisikku takjub.
Ayo kita pergi,” ujar Rose setelah berhasil menyelesaikan semuanya.
Secepatnya kami keluar dari gudang. Beruntung, tidak ada yang memergoki kami. Kami berjalan menuju keluar sekolah dan duduk di taman depan. Rose dan Potter bersaudara memandangi tongkat yang mereka dapatkan.
Tugas kita selesai sudah!” tukas Rose girang seraya bertepuk tangan.
Sekarang jelaskan padaku siapa kalian. Aku akan menceritakan siapa aku. Tetapi dengan syarat, jangan memberitahu siapapun,” kataku.
Kau juga,” balas James.
Aku mengangguk.
Kami adalah penyihir yang datang dari Hogwarts,” James memulai. “Hogwarts adalah sekolah sihir yang terletak di London, Inggris. Kami mendapatkan tugas dari kepala sekolah kami untuk mencari saudara dari tongkat Elder. Tongkat Elder adalah tongkat sihir terkuat sepanjang sejarah, dimiliki oleh mendiang kepala sekolah Hogwarts yang sudah meninggal.”
Memangnya kenapa kalian mencari tongkat itu di sini?” tanyaku belum puas. “Dari mana kalian mendapatkan informasi kalau tongkat itu ada di Forks?”
Tentu saja dari kepala sekolah kami, Profesor MacGonagall,” balas Albus. “Kami hanya ditugaskan untuk mengambilnya saja. Menurut cerita, seorang penyihir kelahiran muggle meninggalkan tongkat ini di sini saat perang antara penyihir hebat melawan pangeran kegelapan, Voldemort, pecah. Ia menyembunyikannya di tempat yang jauh.”
Banyak hal yang masih tidak kumengerti. Seperti apa itu muggle, bagaimana mereka bisa melafalkan mantera, dan sebagainya. Aku ingin bertanya lebih detail lagi tetapi Rose menyela.
Sekarang, ceritakan pada kami siapa kau ini?”
Aku adalah manusia setengah vampir.” Aku meringis setelah melihat ekspresi ketiga penyihir itu. “Di sini hidup beberapa jenis vampir yang mendiami Forks. Aku lahir dari hasil pencampuran antara manusia dan vampir. Aku hibrida.”
Aku tidak percaya,” Albus berkoar.
Well, kalau aku yang sebelumnya tidak mempercayai adanya penyihir dan akhirnya percaya, sebaiknya mulai sekarang kalian harus mempercayai adanya vampir.”
Rose dan Potter bersaudara saling melemparkan pandangan heran.
Dunia benar-benar sudah gila,” dengus Albus kepada James dan Rose.
Oke, tugas kami sudah selesai. Rose...” James melirik penuh arti ke arah Rose. Aku tidak tahu apa maksud lirikannya itu.
Rose mendekatiku dan mengayunkan tongkatnya di depanku.
Apa yang akan kalian lakukan?” tanyaku.
Obliviate,” ujar Rose seraya mengayunkan tongkatnya.
Tiba-tiba saja aku merasa pusing dan pikiranku kosong. Aku tidak bisa menolak saat sebuah energi menghampiriku. Rasanya benar-benar aneh dan kebas. Aku bahkan tidak mengingat beberapa bagian dari apa yang kukerjakan tadi, seolah bagian itu dihapuskan oleh sesuatu. Namun aku masih bisa samar-samar mendengar.
Ingatannya dibagian tadi sudah kuhapuskan.”
Kerja yang bagus, Rose. Sebaiknya kita secepatnya pergi dari sini. Aparate.”
Dan setelah aku tersadarkan dari kekosongan pikiran tadi, aku sadar bahwa aku berada di sebuah taman. Bahkan aku tidak tahu apa yang sudah kulakukan. Aku jadi bingung sendiri.
Esok paginya, hal aneh terjadi. Potter bersaudara dan Rose Weasley tidak kelihatan batang hidungnya. Kata anak-anak, mereka kembali lagi ke Inggris untuk tinggal dan bersekolah di sana. Aku jadi bingung. Padahal kan mereka baru 1 minggu bersekolah di Forks. Tapi mereka sudah pergi lagi. Hm... padahal kan aku mulai menyukai Albus, entah kenapa. Tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh. Aku merasakan ada bagian yang hilang dari memori otakku. Ah, mungkin cuma perasaanku saja.

FIN
-oOo-

*Cerita aneh perpaduan antara Twilight dengan Harry Potter. Mwahahahaha ^_^
Maklumi aja kalo ceritanya sangat aneh ._.v
*Mantera diatas diambil dari mantera Harry Potter
*Ada nama yang dikarang sendiri. Contohnya tongkat Vodgar. Hahaha! Itu hanya fiksi -___-
*Jangan capek deh baca cerita gaje gua. Hahaha!

Loveyta Chen

About Me

Foto saya
hi, im the mysterious :P

Welcome to My Blog

you just clicked this page. don't go anywhere until you leave me a message

Labels

Followers

Blogger news

Blogger templates

Follow My Twitter!

Blogroll

: