JASHLYNE'POV
Full Name: Jashlyn Caitlin Cullen-Hale
Nick Name: Jashlyn, Black Treasure
Born: Manchester, 15 Jule 1958
Dead: 1975
Abilities: controling minds; if she touch humans, then, they dead
Blood statue: Vampire
JARUM jam di kamarku berputar lebih cepat dari
biasanya. Aku yang menggerakkannya secepat mungkin. Entah kenapa. Tapi setiap
aku bosan, aku melakukan hal yang menurutku sangat menyenangkan. Di rumah ini,
aku merasa sangat terasingkan. Aku anggota baru. Dan banyak yang menjauhiku
karena kelebihanku. Aku tidak akan mengatakan kelebihan. Sebenarnya ini adalah
kutukan. Mungkin. Karena setiap vampir memiliki kelebihan yang positif. Aku
tidak pernah menginginkannya. Meskipun terkadang kelebihanku ini sangat
berguna. Apalagi di saat-saat yang membahayakanku.
Tetapi Bella sering mengatakannya padaku kalau aku
ini istimewa. Aku memiliki kelebihan lebih dari satu yang membuatku terlihat
sangat unik. Yeah, mungkin baginya aku memang unik. Tapi tidak untuk yang
lainnya yang pernah menjadi korbanku.
“Jashlyn!” kudengar suara Alice memanggilku dari
bawah. Aku menghentikan permainanku pada jam dindingku dan menoleh ke arah
pintu.
“Ya, Mom,” balasku dengan setengah berteriak. Dengan
malas kuraih knop pintu kamarku dan segera turun ke bawah.
Di bawah sudah berkumpul yang lainnya. Memutari meja
oval panjang yang lebih mirip dengan meja makan—meskipun tidak pernah digunakan
untuk makan. Mataku tertuju ke arah Renesmee, gadis yang sangat kubenci.
Renesmee memang tidak pernah berbuat kasar padaku, bahkan ia selalu baik.
Tetapi kecemburuanlah yang membuatku membencinya. Semua orang baik dan sayang
padanya. Ia selalu mendapat banyak pelukan, kecupan, belaian, sentuhan, dan
yang lainnya tanpa melukai orang lain. Selain itu banyak yang menyukainya
karena ia memang sangat cantik.
“Apa kabarmu hari ini, Jashy?” tanya Esme ramah,
seperti biasa.
Aku duduk di dekat Bella yang tersenyum manis di
kursinya. Hanya Bella satu-satunya vampir yang tidak akan terluka jika
kusentuh. Itu karena kelebihannya yang imun terhadap kelebihan vampir lainnya.
“Seperti biasa. Sekolah, PR, ejekan, cemoohan,
kesendirian,” balasku dingin sambil meraih buku di depanku. Terdapat sebuah
nama di atasnya. Jacob Black. Oh, mungkin milik sahabat Bella, si anjing itu.
“Wow,” Esme membalas dengan alis terangkat.
“Oke, kita mulai,” kata Carlisle. Saat ini kami
berkumpul atas perintah Carlisle. Mungkin ada yang perlu dibicarakan sehingga
mengundang seluruh keluarga Cullen. “Kalian tahu kan besok adalah hari ulang
tahun Renesmee.”
Kepalaku beralih ke arah Rensemee secara langsung.
Kulihat senyuman lebar terkembang di bibirnya. Aku berusaha terlihat seperti
tidak peduli dan masa bodoh. Bisa kutebak aku akan bosan.
“Dan kita harus merayakannya,” lanjut Esme. Nadanya
terdengar sangat semangat.
“Asyik! Kita akan mengadakan pesta!” Alice berkoar.
Ia memang penggila pesta. “Sudah lama ya kita tidak mengadakan pesta di rumah
ini.”
“Dan sudah lama pula kita tidak mengundang makanan
kemari,” balasku sengit dengan seringaian lebar.
“Jashlyn,” tegur Jasper seperti biasa kalau aku
mulai bicara ngaco.
“Ya ya ya, Dad. Aku diam.” Aku memeragakan mulut
terkunci dan membuang kuci imajinasiku itu di depanku. Lebih tepatnya di depan
Renesmee yang ada di depanku.
Bella mengangkat dagunya. “Sebaiknya tidak perlu
terlalu berlebihan. Kita rayakan saja dengan keluarga dekat.”
“Mengundang Volturi kalau kalian mau. Aku bisa
merasakan keadaan seperti dalam tempat asalku.”
“Jashlyn, bisakah kau diam?” kali ini Rosalie yag angkat
bicara. Garis di keningnya terlihat jelas. Belakangan ini ia memang sering
tertekan. Aku tidak tahu apa penyebabnya. Namun meskipun begitu, ia masih
terlihat sangat cantik.
“Tidak perlu memikirkan untuk acara yang tidak
penting,” akhirnya Renesmee ikut bicara. “Lagipula untuk apa dirayakan? Aku
sudah besar. Dan hal semacam itu justru terlihat sangat konyol. Aku sudah 17
tahun.”
“Dan aku 57 tahun,” cemoohku pelan. Aku memang masih
baru. Panjang ceritanya bagaimana bisa aku berubah dan bergabung dengan keluarga
Cullen dengan diadopsi oleh Jasper dan Alice.
“Aku tidak menyukai pesta.”
“Nessie memang mirip sekali dengan ibunya,” tutur
Edward dengan senyuman menggoda. Bella hanya menyengir kuda.
“Kalau seperti itu, sebaiknya kita tutup saja
pertemuannya. Ini adalah pertemuan konyol sepanjang hidupku.” Aku berdiri dan
berjalan dengan gusar. Berkali-kali Alice memanggilku, tetapi aku tidak
memedulikannya. Aku menatap lurus ke depan dan menaiki tangga menuju kamarku.
Sungguh membosankan.
Setiap malam aku merenung. Aku tidak tahu bagaimana
mengendalikan kelebihanku. Keluarga Volturi sudah pernah mengajariku tetapi aku
selalu kesulitan. Sebelum aku bergabung dengan keluarga Cullen, aku memang
diasuh oleh Volturi. Namun setelah aku tahu mereka hanya memanfaatkanku, aku
memutuskan untuk pergi. Jane mengerahkan anak buahnya untuk mencariku. Namun
aku selalu bisa menghindar. Saat aku diserang kawanan vampir jahat, Carlisle
menemukanku dan menawarkanku untuk bergabung. Ia sudah bernego dengan Volturi.
Dan syukurlah mereka mengijinkanku tinggal bersama keluarga Cullen. Dengan
syarat mereka akan selalu mengawasiku dan mengunjungiku setahun sekali. Aku
tidak tahu untuk apa.
Kelebihankulah yang diincar banyak vampir. Aku dapat
mengendalikan pikiran. Itu lumayan baik. Yang buruk adalah, setiap makhluk
hidup yang kusentuh, mereka akan mati dengan mengenaskan. Tapi jika mereka
menyentuhku terlebih dahulu, mereka tidak akan mengalami nasib yang tragis. Itu
sebabnya aku disebut Black Treasure oleh para vampir.
Pagi harinya, aku merasakan suhu di Forks naik
beberapa drajat. Tidak seperti biasanya. Mungkin karena pengaruh musim. Saat
aku bersiap hendak berangkat ke sekolah, Renesmee memanggil namaku sehingga
membuatku terpaksa untuk berhenti.
“Jashy, aku ikut denganmu,” kata Renesmee. Ia
terlihat sangat ceria hari ini.
“Kau tahu kan aku selalu suka berangkat sendirian?”
“Ya, tapi tidak ada yang bisa mengantarku hari ini.”
“Kenapa tidak ada? Kan banyak sekali orang yang
peduli denganmu.” Aku tersenyum mengejek. “Anyway,
selamat ulang tahun.”
Renesmee membelalakkan matanya lebar setelah aku
mengucapkan kalimat tersebut seolah aku mengatakan ‘astagaaaa kau cantik
sekali, Nessie!!!’
“Trims! Kau masih peduli denganku!” Hampir saja
Renesmee memelukku kalau saja aku tidak cepat-cepat menghindar.
“Nessie! Aku tidak suka ada yang menyentuhku!”
“Maaf.” Renesmee memberikan tatapan menyesal.
Aku menghela napas panjang. “Oke, ayo kita
berangkat. Dan bersikaplah biasa, seperti saat aku dan kau tidak pernah
berbicara satu sama lain. Mengerti?”
“Oke.” Renesmee tersenyum lebar dan berjalan dnegan
langkah riang menuju mobilku.
Aku heran, kenapa Renesmee tidak mau membawa mobil
sendiri. Padahal ia sudah bisa mengemudi dan berhasil mendapatkan SIM setelah
ujian mengemudi di sekolah. Jadi kalau bukan Edward yang mengantarkannya, Bella
atau Esme yang akan mengantarkannya. Kalau aku selalu berangkat sendirian
meskipun Alice ataupun Jasper menawarkan diri untuk mengantarku. Tapi aku tidak
mau terlihat seperti anak TK yang setiap hari diantar jemput orangtuanya. seperti
Renesmee.
Satu sekolah hebih saat aku dan Renesmee sampai di
sekolah. Anak-anak berbondong-bondong untuk memberikan ucapan ulang tahun
kepada Renesmee. Aku yang berada di dekat Renesmee serasa seperti seorang
pengasuh yang diabaikan. Karena banyaknya anak yang memberikan ucapan selamat
kepada Renesmee, aku memutuskan untuk berjalan menuju lokerku sendirian.
“Pagi yang cerah ya?” sapa seseorang di sebelahku.
Oh, Justin.
“Hai,” balasku acuh masih dengan kesibukanku mencari
buku-bukuku yang kutinggalkan di loker.
“Sepertinya tidak untukmu?”
“Aku sedang
bad
mood. Dan jangan buat aku lebih
bad
mood lagi.” Aku membalikkan badan dan bertatapan langsung dengan Justin.
Kuakui ia memang tipe yang diidamkan banyak cewek.
“Aku dengar hari ini ulang tahun Nessie.”
“Ya. Dan aku sudah mengucapkan ‘selamat ulang
tahun’.” Aku memutuskan untuk tidak meladeni Justin. “Aku harus mendatangi
kelas Mrs. Harrison. Sampai jumpa.” Aku berbalik dan hendak melenggang pergi.
Namun secara tiba-tiba Justin menarik tanganku. Membuat mataku membulat lebar.
“Tunggu!”
Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya takut
kalau ia bisa terbunuh. Tetapi rasa takutku perlahan sirna saat aku berbalik
badan dan melihat ia baik-baik saja. Yah, karena ia yang menyentuhku terlebih
dahulu. Bukan aku. Tetapi perasaan yang kurasakan tadi lebih dari itu. Ada yang
lain. Dan aneh.
Aku melepaskan tanganku. “Kenapa?”
“Aku ingin menitipkan ini padamu.” Justin
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dan memberikan sebuah bugkusan kecil
kepadaku. “Untuk Nessie.”
Aku menaikkan sebelah alisku dan menerima hadiah
ulang tahun Renesmee dari Justin. “Baiklah.” Setelah itu aku berbalik dan
meninggalkan Justin. Kudengar ia berseru mengatakan ‘trims’. Aku mengabaikannya
dan menatap lurus ke depan.
Entah kenapa, aku merasakan kekecewaan yang luar
biasa saat Justin mengucapkan kalimat itu. Dan kepalaku dipenuhi dengan kalimat
itu.
“Untuk Nessie.”
“Untuk Nessie.”
“Untuk Nessie.”
Dan aku mulai menyadari sesuatu yang sebelumnya
tidak pernah terjadi padaku.
Aku menyukai manusia ini.
To
be continued...
NB: sorry kalo ceritanya agak aneh and agak ngga kayak ff biasanya -_- maklum baru tahu yg namanya fanfic itu apa
NBB: post comments please?
thanks ^_^
Loveyta Chen
Sabtu, 20 Agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
Welcome to My Blog
you just clicked this page. don't go anywhere until you leave me a message
Labels
- FanFic (5)
- Short Story (2)
Followers
Blogger news
Blogger templates
Follow My Twitter!
Blogroll
:

Keren bgt. Next ya
BalasHapus